Maaf ya, baru
bisa menulis lagi karena terhalang oleh rasa kemalasan ini, yang belum membaca
bagian pertama dan kedua.
Aku memasuki
ruangan agen yang ada di Surabaya itu, emang bener-bener belum buka sih,
soalnya kan masih jam 7 pagi, saya duduk di antara kursi yang belum diatur dan
masih sangat berantakan. Saya melirik ke dalam dan kedalam lagi, ada beberapa
orang yang terlihat menunggu pengantaran mereka. Sepertinya mereka bakalan
merantau buat kerja di tanah orang, miris sekali seumuran denganku tetapi
mereka sudah berpikir sejauh itu.
Saya menunggu
bersama sebuah keluarga kecil yang hanya menunggu kedatangan taxi, saya
berharap banget kalo mereka juga pergi ke Jogja, taxi datang mereka hilang.
Lagi
asyik-asyiknya menunggu *(emang menunggu asyik?, -_-), seorang bapak
menghampiri saya dan menanyakan mau kemanalah, itu lah. Saya pikiir si bapak
itu merupakan yang empunya agen itu, kayaknya. Saya disuruh menunggu di dalam
sambil istirahat sejenak dan pun disuruh mandi pula, tapi saya hanya membasuh
muka. Terlihat pula beberapa orang yang tadi juga sedang jenuh karena sudah
menunggu terlalu lama. Waktu itu saya disuruh menunggu hingga jam 12 siang, dan
itu sangat lama.
Saya keluar
dari ruangan itu. Menelepon ibu pun jadi solusinya, Ia sangat cemas saya jadi
merasa bersalah menceriterakan perihal tersebut kepadanya. Saya bertanya “bu,
boleh ngga saya pergi ke terminal buat nyari bus yang langsung berangakat
tetapi tiket yang ini hangus”. Ibuku menjawab dengan penuh perhatian “yasudah
daripada kamu nunggunya terlalu lama, sampe 6 jam gitu lebih baik kamu naik
taxi ke sana”. Aku menerima saran itu, akupun bertanya kepada sang pemilik agen
bahwa saya hanya ingin diantar ke terminal saja, tetapi kata si agen itu saya
disuruh menunggu saja hingga bus nya datang. Okelah, saya terima.
Saya
benar-benar bosan menunggu, singkat cerita saya pun berangkat bukan ke jogja
langsung, tetapi mengantar beberapa orang tadi ke pelabuhan apalah itu.
Sesampai di pelabuhan itu, mereka bergegas turun dan pergi untuk mengurus
semuanya, saya ditinggal sendiri di mobil itu.
Kata pemilik
agen itu, “nanti kamu bakalan ada yang mengantar ke jogja tetapi bukan kami
sekarang kami mau mencari bus travel yang bakalan ke jogja”.
“Hah, yasudahlah,
mau bagaimana lagi” saya menjawab tak bersemangat.
Singkat kata mereka menemukan sebuah bus yang
menurut saya sudah jelek tetapi masih bisa berjalan kok. Warnanya hijau
kebiru-biruan dengan barret di mana-mana serta warna yang terkelupas di sana-sini.
Saya dioper ke mobil itu, tetapi di mobil itu saya harus menunggu agar mobil
itu terisi penuh, dan mereka menemukannya. Sebuah keluarga yang terdiri dari
ibu bapak dan anaknya yang seumuran dengan saya. Akhirnya bus itu berangkat
juga, saya duduk sendirian di tengah mobil itu.
Diperjalanan,
berjalan seperti biasanya. membosankan?, itu pasti. Waktu itu saya ingat betul
hari jum’at. Alhamdulillah, supir yang membawa mobil itu sepertinya taat
beribadah terlihat dari keningnya yang membentuk 2 titik kehitaman. Saya jadi
tidak takut kehilangan sholat jum’at itu. Kami pun berhenti d depan sebuah
masjid, entah apa namanya dan dimana itu aku benar-benar lupa. Kami (saya dan
supir) pergi ke dalam lingkungan masjid sekaligus taman kanak-kanak di
sebelahnya. Ada suatu perasaan yang sangat mencemaskan yang terbesit di hati,
yaitu apakah keluarga itu baik?, saya merasa cemas meninggalkan sekeluarga di
dalam mobil itu, jikajika mereka memanfaatkan keadaan agar dapat mengambil
barang-barang saya yang isinya lumayan berharga. Huh, perasaan itu benar-benar
sungguh mengangguku. Saya yakin betul bahwa badan saya penuh dengan keringat
yang bercucuran serta pastinya beraroma tidak sedap. Tapi mau bagaimana lagi,
ini keadaan yang mendesak. Jadi akhirnya saya hanya berwudhu.
Setelah
selesai kami pun kembali ke mobil, dan ternyata tidak terjadi apa-apa, sama
seperti saat ditinggalkan. Maafkan saya karena telah menuduh dan bersuuzon
kepada keluarga bapak. Perjalanan pun dilanjutkan.
Satu hal yang
sangat menarik di mobil itu, terdapat tulisan seperti promosi sebuah rumah
makan yaitu UTAMA, dibalikpun bakalan tidak terjadi apa-apa, AMATU yang bisa
saya baca dari dalam mobil itu. Dan ternyata kami akan menuju ke sana.
Di rumah
makan itu, kami berhenti sejenak melepas kerinduan yang terdalam kepada
pengganjal perut yaitu makanan. Makanannya mahal-mahal sih, saya pikir ini
gratis. BAYAR bung. Saya hanya memesan semangkuk bakso dengan es teh.
Membayarnya lalu kembali ke mobil itu. Saya duduk di sebuah tembok yang sangat
pendek yang dibuat khusus untuk duduk entaah apa namanya. Bapak dari keluarga
itu menghapiri saya, dan menggobrol dengan beliau beliau bertanya dengan
pertanyaan yang klasik semisal mau kemanalah atau mau ngapain ke sana. Saya
hanya menjawab sewajarnya. Eh, saya mengesemes teman saya, ternyata ia sudah
nyampe dari tadi siang.
Orang yang
kami tunggu-tunggu itupun datang, SUPIR. Ia berkata kepada saya bahwa mereka
akan ke jalur yang lain, so, saya harus dioper ke mobil yang benar-benar ke
JOGJA. Terlebih dahulu, saya berpamitan kepada keluarga itu, haru memang. Setelah
beberapa menit mencari, akhirnya ketemu dengan mini bus yang membawa beberapa
ABG yang bener-bener seumuran dengan saya, tetapi lebih tua mereka. Dengan
keterbatasan tempat duduk itu, kami berbagi. Di sana saya benar-benar menjadi
pengganggu di antara dua sejoli yang pacaran sepertinya, peduli ahmad. Dari
percakapan-percakapan yang mereka lontarkan saya mengambil kesimpulan bahwa
mereka masih mahasiswa serta mahasiswa baru dari berbagai macam perguruan
tinggi, semisal di UMY, di UNS dan lainnya. Air mineral saya menipis bahkan
habis sungguh tragis apalagi sampai makan buncis pake kismis di bis yang bau
amis. Mobil berjalan lagi.
eh, ngga
terasa sudah nyampe Solo, di sana kami istirahat buat sholat magrib di sebuah
SPBU. Ada beberapa orang sih turun di Solo, tetapi yang menjadi hambatan adalah
adanya pengalihan lajur kendaran, so kita mesti muter dulu sobat. Abis itu,
nyampe di suatu daerah yang unknown, dan beberapa dari mereka turun dengan
jerih payah mencari alamat itu. Jogjaa, I’am coming!!...
saya
memutuskan untuk tidur selama perjalanan, dengan memberi tau kepada pak sopir
bahwa saya turun di depan STMIK AMIKOM YOGYAKARTA, Condong Catur. Sungguh
beruntung saya tidur sangat pulas dengan headset yang menancap di telinga
melantunkan lagu Sheila On 7.
“sudah sampai
mas, bangun mas” kata beberapa orang yang memperhatikan saya tidur.
“eh, sudah
nyampe ya” saya berkata dengan pandangan yang masih remang-remang serta
keringat yang lagi-lagi bercucuran.
Saya menatap
HP itu, menunjukkan pukul 9 lebih. Wah masih ada waktu buat ke kos, pikir saya.
Saya bener-bener ngga tau harus kemana, sayya baru ingat bahwa saudara saya ada
di Janti, dan saya menyuruh mengantar supir itu ke Janti, tetapi saya
diharuskan membayar biaya tambahan sebesar 25rb. Saya memutuskan untuk tidak
menerima tawaran itu.
Wah saya
sekarang benar-benar bahagia sudah nyampe jogja dengan selamat, permasalahan
baru muncul. Setelah beberapa kali berjalan mengelilingi sekitaran AMIKOM, kok
kos saya ngga ketemu-ketemu ya. Saya herman, dan mencari lagi tetap ngga
ketemu. Saya berpikiran apakah kos itu sudah pindah. Karena saya beberapa kali
bolak-balik jalan itu, pedagang bakso itu menertawakan saya, ah sekali lagi
peduli ahmad. Waktu itu saya benar-benar PANIK. Ngga tau harus ngapain, saya
ingat ada beberapa nomor telepon saudara yang ada di jogja, saya menelepon
saudara saya tetapi ngga diangkat-angkat, saya sungguh kesal. Saya memutuskan
untuk menelepon teman saya yang menemani saya mencari kos itu, ngga bisa bantu
banyak, hanya memberikan no. teman yang lain. Saya telpon, taka da balasan.
Saya
menelepon beberapa teman sekiranya bisa membuat saya lega menceritakan perihal
ini. Pun juga menelpon keluarga yang sangat panic mendengar ini. Akhirnya, saya
ditelepon sama saudara saya itu, dan menyuruh saya menunggu di sana sampai ia
dan temannya datang menjemput. Akhirnya, kawan saya sangat beruntung mereka
datang menjemput saya. Mereka tertawa sekaligus meledek saya. Huh terserah.
Saya dibawa ke kos teman nya saudara saya, dan bermalam di sana. Satu hal yang
sangat saya tidak saya harapkan terjadi, handuk kecil merah yang saya beli di
indomaret ketinggalan di sana.
Saudara saya
itupun berjanji akan mengantar saya mecari kos misterius saya itu besok. Saya
tidur dengan damai. :D
Besoknya,
saya mencari kos itu dan TARRAAA ketemu,. Ternyata tadi malam saya salah belok yang
seharusnya ke kanan malah ke kiri, jadi hanya ketemu jalan raya terus.
Sekian cerita
saya ini yang sungguh super duper membosankan serta dengan bumbu-bumbu
melelahkan. Cerita yang saya buat, hanya ingin agar saya tidak lupa akan
kejadian hal itu.
Wassalam
__THE END__
091112-11:09PM
2 comments
bruakakakakakak :D
Replydan aku termasuk yang ditelepon ketika 'itu'
busettt xD
tragis banget yak :3
#Masukan, boleh? :)
konsistenkan menggunakan kata 'aku' dan 'saya'
:)
kip nulis!
bruakakakk..
Replysengaja biar pada bingun aku dan saya.. :D
#terimakasih, masukannya..
saLam blogger!!
Post a Comment
│╔╦╗╦╔╗│
Silahkan berkomentar dengan sopan dan membangun..
Terima Kasih telah berkunjung di MASIH TIDAK NYATA
salam Blogger!! ☺